Daftar tersebut mencakup “benjolan jinak, cacing hati dan kutu yang telah berhasil diobati, katarak di mata kirinya yang menyebabkan kebutaan, dan bantalan siku serta sebagian besar giginya rusak karena menggali beton untuk mencari makanan,” katanya.
Karena keadaan Rooster, Kate ingat bagaimana dia dan keluarganya harus membuat kibble-nya (makanannya) lebih lembut dengan menambahkan air yang panas sebagai upaya yang menurutnya ‘sangat berharga’.
“Saya tidak akan pernah bisa membalas Rooster atas banyaknya kegembiraan dan cinta yang dia berikan dalam hidup saya,” katanya.
Tak disangka, hanya dalam 28 hari kemudian Kate Schakols dan keluarganya harus mengucapkan selamat tinggal kepada Rooster karena dia menderita “dog bloat” – suatu kondisi yang menurut dokter muncul tanpa alasan yang jelas.
“Dokter hewan mengonfirmasi bahwa kami tidak bisa berbuat apa-apa, namun bagi saya hal itu hanya menambah perasaan tidak berdaya,” katanya.
“Menjadi jelas bahwa satu-satunya hal yang benar untuk dilakukan adalah memilih euthanasia alias suntik mati- adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan penderitaan dengan mengakhiri hidupnya, yang manusiawi.”